Biografi Habib Anis Bin Alwy Al-Habsyi
Pada usia 22 tahun, beliau menikahi Syarifah Syifa binti Thaha Assagaf, setahun kemudian lahirlah Habib Ali. Tepat pada tahun itu juga, beliau menggantikan peran ayah beliau, Habib Alwi yang meninggal di Palembang. Habib Abdullah bin Alwi Al Habsyi adik beliau menyebut Habib Anis waktu itu seperti “anak muda yang berpakaian tua”. Habib Anis merintis kemaqamannya sendiri dengan kesabaran dan istiqamah, sehingga besar sampai sekarang. Selain kegiatan di Masjid seperti pembacaan Maulid simthud-Durar dan haul Habib Ali Al-Habsyi, juga ada khataman Bukhari pada bulan sya’ban, khataman Ar-Ramadhan pada bulan Ramadhan. Sedangkan sehari-hari beliau mengajar di zawiyah pada tengah hari. Pada waktu muda, Habib Anis adalah pedagang batik, dan memiliki kios di pasar Klewer Solo. Kios tersebut ditunggui Habib Abdullah dan Habib Ali yang semuanya adik beliau. Namun ketika kegiatan di masjid Ar-Riyadh semakin banyak, usaha perdagangan batik dihentikan. Habib Anis duduk tekun sebagai ulama. Dari perkawinan dengan Syarifah Syifa Assagaf, Habib Anis dikaruniai enam putera yaitu Habib Ali, Habib Husein, Habib Ahmad, Habib Alwi, Habib Hasan, dan Habib AbdiLlah. Semua putera beliau tinggal di sekitar Gurawan. Dalam masyarakat Solo, Habib Anis dikenal bergaul lintas sektoral dan lintas agama. Dan beliau netral dalam dunia politik.
Dalam sehari-hari Habib Anis sangat santun dan berbicara dengan
bahasa jawa halus kepada orang jawa, berbicara bahasa sunda tinggi
dengan orang sunda, berbahasa indonesia baik dengan orang luar jawa dan
sunda, serta berbahasa arab Hadrami kepada sesama Habib. Penampilan
beliau rapi, senyumnya manis menawan, karena beliau memang murah senyum
dan memiliki tahi lalat di dagu kanannya. Beberapa kalangan menyebutnya
The smilling Habib. Habib Anis sangat menghormati tamu, bahkan tamu
tersebut merupakan doping semangat hidup beliau.
Beliau tidak membeda-bedakan apahkah tamu tersebut berpangakat atau
tidak, semua dijamunya dengan layak. Semua diperlakukan dengan hormat.
Saat ‘Idul Adha Habib Anis membagi-bagikan daging korban secara merata
melalui RT sekitar Masjid Ar-Riyadh dan tidak membedakan Muslim atau non
Muslim. Kalau dagingnya sisa, baru diberikan ke daerah lainnya. Jika
ada tetangga beliau atau handai taulan yang meninggal atau sakit, Habib
Anis tetap berusaha menyempatkan diri berkunjung atau bersilautrahmi.
Menjelang hari raya Idul Fitri Habib Anis juga sering memberikan sarung
secara Cuma-Cuma kepada para tetangga, muslim maupun non muslim. “Beri
mereka sarung meskipun saat ini mereka belum masuk islam. Insya Allah
suatu saat nanti dia akan teringat dan masuk islam.” Demikian salah satu
ucapan Habib Anis yang ditirukan Habib Hasan salah seorang puteranya.
Tokoh ulama yang khumul lagi wara`, pemuka dan sesepuh habaib yang
dihormati, Habib Anis bin Alwi bin Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi
berpulang kembali menemui Allah s.w.t. pada tanggal 14 Syawwal 1427 H
bersamaan 6 November 2006 dalam usia 78 tahun. Beliau dimakamkan
dikomplek Masjid Riyadh Solo, Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar